Definition List

Minggu, 09 Februari 2014

Kebodohan Besar: Merayakan Hari “Kasih Sayang” Palsu

Tulang Bawang; Menggala,,

Bulan Februari tinggal menghitung hari. Sebagaimana kita ketahui, bulan Februari identik dengan perayaan Valentine’s day (Val’s day). Berbagai parade masih saja digelar sebagai bentuk pengungkapan kasih sayang ke orang-orang yang dikasih.  Mereka, khususnya para remaja, masih banyak yang mengartikan love sebagai cinta birahi yang diwujudkan dengan memberikan coklat, pernak-pernik berupa pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga yang didominasi dua warna: pink dan biru muda. Bahkan di bulan-bulan Februari kondom terjual laris-manis. Di sebuah minimarket Bandung, kondom dan coklat menjadi menjadi bingkisan Val’s day yang bebas dijual (muslimdaily.net, 09/02/2012).


Betapa ini bisa menjadi jalan mulus dilakukannya free sex terutama oleh kalangan muda-mudi. Sungguh mengerikan. Dan pada praktiknya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan hari Valentine menjurus pada pergaulan laki-laki dan perempuan dengan cara mengumbar nafsu seksual belaka.

Padahal, aksi kontra terhadap peringatan dan perayaan Val’s day sudah cukup banyak. Pada tahun 2012 sejumlah aktivis Islam menyerukan aksi gerakan menutup aurat pada momen 14 Februari. Aksi ini juga akan diikuti oleh kaum muslimin Malaysia (Shah Alam, Pahang, Selangor, Terengganu, Kedah dan Pulau Pinang), London, Thailand (Bangkok Utara dan Patani), Hongkong, dan Macau. Kampanye menutup aurat juga dilakukan oleh Teachers Working Group (TWG) serentak di beberapa kota di Jakarta, Denpasar, Pontianak, Bandung dan lain-lain. Sedang di luar negeri telah dilaksanakan di Hongkong dan Malaysia (muslimdaily.net, 10/02/2012).

Pada tahun 2013 Wakil Walikota Depok Idris Abdul Somad mengimbau warga Depok tidak merayakan Hari Valentine alias Hari Kasih Sayang yang biasa dirayakan tanggal 14 Februari 2013. Kota Depok, Jawa Barat, mungkin satu-satunya kota di Pulau Jawa yang melarang warganya dari merayakan Hari Valentine 14 Februari (muslimdaily.net, 13/02/2013). Namun ternyata, perayaan Val’s day masih juga marak dilakukan. Kenapa hal ini bisa terjadi? Dan sekali lagi, bagaimana sebenarnya Islam memandang hal ini?


Melihat Ulang Sejarah Hari Valentine.
Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.

Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.

Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa. Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.

Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.

Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.

Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentines Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.

Lantas, bagaimana dengan ucapan Be My Valentine? yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger, dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan kata Valentine berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Jadi, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya dengan mengatakan : ‘Do you wanna be my Valentine?’, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, karena meminta seseorang menjadi Sang Maha Kuasa dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.

Bagaimana Sikap Kita Sebagai Seorang Muslim?
Jelas sudah, hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.

Val’s day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia. Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Val’s day yang sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa syirik, bila dilihat dari asal muasal dan tujuannya.

Perayaan Val’s day memuat sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan ajaran Kristiani seperti mengakui Yesus sebagai Anak Tuhan dan lain sebagainya. Merayakan Val’s day berarti pula secara langsung atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ajaran Kristiani tersebut, apa pun alasannya.

Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Val’s day, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa Yesus sebagai Anak Tuhan dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan syirik, menyekutukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Naudzubillahi min dzalik!


"Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut", Demikian bunyi hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Islam Sebagai Solusi

Islam memandang pergaulan laki-laki dan perempuan lebih dipengaruhi dengan tujuan penciptaan laki-laki dan perempuan, yaitu untuk melestarikan jenis keturunan manusia. Islam membatasi ruang bagi naluri seksual hanya ada dalam kehidupan rumah tangga. Islam melegalkan pemenuhan hasrat seksual antara laki-laki dan perempuan hanya dalam bingkai pernikahan (lihat QS. Ar Ruum 21). Islam, memandang tujuan hidup manusia bukan semata beranak-pinak, tapi beribadah. Dan Islam memandang bahwa aktivitas seksual yang legal syar’i itu sebagai bagian dari ibadah yang berpahala. Sebaliknya, hubungan seks ilegal adalah tindakan kriminal yang mendapatkan dosa. Jadi, tatanan kehidupan bermasyarakat menjadi jelas dan teratur. Rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, akan mampu melahirkan generasi masa depan yang tangguh dan mampu melanjutkan keturunan umat manusia yang bertanggungjawab bagi masalah kemanusiaan itu sendiri.
Selanjutnya, sistem pergaulan laki-laki dan perempuan dalam Islam justru menjauhkan segala hal yang dapat membangkitkan naluri seksual. Fakta-fakta cabul atau fantasi-fantasi porno dilarang beredar di tengah-tengah masyarakat bagaimanapun bentuk dan kemasannya. Jadi, film-musik-tari-cerita-permainan-dll yang beredar di masyarakat bersih dari bau seksual. Berarti kita bisa membayangkan bahwa segala hal yang akan beredar di masyarakat adalah sesuatu yang bersifat edukatif (mendidik), positif, bertanggung jawab dan bermanfaat bagi kemanusiaan. Jiwa-jiwa yang ada dalam masyarakat Islam adalah jiwa yang tenang, yang mampu berpikir positif dan mampu mengemban misi kemanusiaan. Dan jika ada manusia yang tidak mungkin lagi menghindari masalah seksual, maka Islam memberikan jalan melalui jalur pernikahan. Pemecahan Islam dalam hal pergaulan laki-laki dan perempuan adalah pemecahan yang tepat dan sempurna, yang akan dapat menciptakan kebaikan dan kedamaian di tengah-tengah masyarakat.

Dan adalah tugas besar kita sebagai seorang muslim untuk berusaha sekuat tenaga (baddilan juhdi) mendidik generasi penerus kita, melindungi mereka, membekali mereka dengan pemahaman Islam yang benar (Islam ideologi) agar tidak terjebak ke dalam budaya permisif yang cenderung menerima begitu saja budaya barat (hadhoroh) bahkan menghalalkan apa yang diharamkan Alloh atas kita. Itu adalah sebuah kebodohan yang besar. Na’udzu billahi mindzalika!

Maka, hanya Islam yang dapat mengarahkan dan membimbing kita (dan generasi remaja kita semua) tentang bagaimana berkasih sayang yang benar, yang barokah. Bukan kasih sayang palsu! Hanya Islam yang mampu membentuk manusia-manusia yang memiliki kepribadian bersih, cerdas, berkualitas dan mampu bertahan ditengah budaya bebas kapitalistik-sekuler yang semakin menggilas akhlak dan kepribadian ini. Dan tentu saja, hanya Sistem Khilafah Islamiyah yang akan mampu menjaga kita dan generasi kita dari segala aktivitas maksiat, bahkan syirik, apapun bentuknya. Wallahu a’lam bi asshowab []. Disusun dari berbagai sumber




*) oleh Emma Lucya Fitrianty,

0 komentar:

Posting Komentar